A. SEJARAH DESA
Pada zaman dahulu kala sebgian daratan dipulau sulawesi terendam oleh air hingga hampir seluruh daratannya digenagi air, tapi Cuma ada dua gunung di dekat pantai yang tidak digenangi air yaitu gunung Dato Banua dan Gunung Dato Goae Tallo. Dalam cerita I La Galigo, tidak diceritakan bagaimana manusia datang dan menghuni Bumi. Ketika Dewa turun penghuni Bumi telah ada, meski demikian terdapat satu versi tradisi lisan yang secara umum dikenal tentang banjir dan permulaan baru. Menurut versi inilah dunia awalnya ditutupi oleh air kecuali beberapa puncak gunung. Dipuncak inilah hidup beberapa kelompok manusia ketika permukaan air surut mereka mulai membangun rakit dan menjalin hubungan dengan orang-orang dari puncak lain. Mereka kemudian membangun rumah yang terbuat dari ata (sejenis palem) dan kayu dan mulai hidup dalam komunitas.
Ketika Patotae dan Istrinya melihat bahwa bumi memang telah berpenghuni namun tanpa seseorang yang memerintah, mereka kemudian mengundang para dewa untuk membicarakan hal ini kemudian para dewa bersepakat mengirim keturunan mereka kebumi agar penghuni bumi dapat “menaati dunia atas dan menghormati Dunia bawah”. Dari bagian tersebut hingga hilannya penguasa-penguasa keturunan dewa di bumi, versi ini sama dengan umumnya cerita I La Galigo.
Digunung Dato Banua itu muncullah dua manusia berpasangan satu laki-laki dan satu perempuan, menurut sejahrahnya, laki-laki datang kegunung Dato Banua dibawah oleh awan dari langit sedangkan perempuan muncul dari permukaan tanah di gunung Dato Banua, di gunung dato banua meeka bertemu dan mereka kawin, itulah keturunan manusia pertama di tanah Mandar. Kemudian dia melahirkan tujuh anak berpasangan selalu kembar sehingga menjadi 14 (empat belas) anak, kmudian mereka pun kawin silang dan berpencar-pencar tempat tinggal.
Keturunan anak pertama di Dato Banua (Ilangi Lita) anak pertama dari empat belas bersaudar yang tinggal di Dato Banua adalah Ilangi Lita. Ilangi Lita kawin dengan anak kedua kembar perempuan yang bernama Isambolangi dan melahirkan dua anak yaitu satu laki-laki dan satu perempuan, anak laki-laki menhilang tidak tahu siapa dan namanya dan anak perempuan bernama Isambar Angin. Isambar angin kawin dengan Itarrauwe dari perkawinan Itarrauwe dengan Isambar Angin melahirkan tiga orang anak yaitu
1 Tomembulu
2. Tomellelo
3. Tomesamata Tokaiyyang Talinga
Tomellelo kawin dengan Elepong Bulang (Tomanurung) dan melahirkan lima orang anak, kelima bersaudara selalu kembar dengan binatang, adapun kelima anak tersebut adalah:
Keturunan Tokaiyyang Alelang
Tokaiyyang Alelang kawin dengan Towisse Ditararing (Tomanurung) melahirkan lima anak masng-masing keturunannya adalah sebagai berikut:
Tomellu-melluangan (Raja Dato Banua Adolang) kawin dengan Icci Bulang saudara Takia Bassi anaknya Tomata Bassi Arayang Pasokkorang melahirkan lima anak yaitu:
Idato Bassi Kawin dengan I Sinjar Bulan Mempunyai anak Isarani (Towarani) mempunyai dua anak yakni : Ibarane dan Ilangi (Puang Ditawaro). Ibarane (Puang di Tanete) mempunyai anak Ikamari mempunyai anak Nenek Terre (Irakka Payung) yang mengangkat Tomatindo di Bata menjadi Maradia di Pamboang menggantikan Maradia Lassa.
Ilanda Belua kawin dengan Topali Bulu mempunyai lima orang anak yaitu:
Hubungan kerajaan Dato Banua dengan kerajaan Passokorang
Kerajaan Passokorang diperkirakan berdiri pada abad ke 12 sekitar tahun 1.100 M yang terletak di daerah Mapilli (Kab. Polman) rajanya bergelar “Arayang”. Di dalam lembaran silsilah ontar, sejarah arayang Passokkorang rajanya yang bernama Tomata Bassi mempunyai Empat saudara masing-msing yaitu:
Sebelum Ibenato diangkat menjadi mara’dia di Tapango, beliau diutus ke tanah jawa oleh Tomata Bassi untuk membantu kerajaan kediri dalam perang mwlawan kerajaan Singosari, kemudian pergilah Ibenato ke tanah jawa berkat ketangguhan dan kegigihan Ibenato kerajaan kediri berhasil mendobrak kerajaan singosari, raja kediri sangat berterimakasih terhadap Ibenato sehingga Raja kediri mengawinkan putrinya yang cantik nan Jelita yang bernama Icci Kappa (Icci Lolo) dan ketika tugas Ibenato selesai membantu kerajaan kediri, pamitlah beliau beserta pasukannya kepada raja kediri ntuk kembali ke Passokkorang Raja kediri menghampirnya dan memberikan sebilas keris untuk disampaikan kepada Tomata Bassi Raja Passokkorang (Arayang Passokkorang).
Keturunan Tomata Bassi Arayang Passokkorang
Arayang Tomata Bassi mempunyai tiga orang anak yakni:
Icci bulang diangkat menjadi Arayang Passokorang menggantikan ayahanda Tomata bassi. Icci Bulan bersuamikan dengan Tomellu Melluangan (Dato Banua Adolang) dan melahirkan Lima orang anak masing-masing yaitu:
I Dato Bassi kawin dengan Sinjar bulan dan diangkat menjadi Arayang di Adolang papossi Banua. Dari perkawinan tersebut melahirkan satu orang anak yang bernama I sarani mempunyai dua orng istri yakni:
Datuk Bassi (Karaeng lau) yang konong katanya masih belum memeluk agama islam, Datok Karaeng Lauk ini dipanggil seorang Ulama asal bone yang bernama Arung Pone (Raja Bone). Setelah kareng Lau dipanggil beberapa kali Karaeng Lauk dibone untuk menerima ajaran Islam lalu Karaeng Lauk kembali ke Banua Puang (Banua Papposi). Setelah disini dipanggil saudara saudarinya dan anak cucunya untuk mengajak masuk agama islam. Dengan membaca dua kalimat sahadat yakni Ashaduallah ilahaillah waashadu anna muhamma darasululah yang diartikan dalam bahasa mandar yakni Andandiang puang sengalinna puangngallahu Taala. Asal dari kata Mandolang sehingga diberi nama Ahdolang pada tahun 1.616 Masehi.
Setelah diberi nama Ahdolang semua masyarakat asli Adholang memeluk agama Islam seiring berjalannya waktu Karaeng lau meliputi daerah kekuasaannya mulai Lembang Mombi bagian utara dan lanjut sungai Tinambung yang sebla selatandan seterusnya sampai Babamosso. INILAH SEMUA DAERAH Adolang.
Setelah tahun 1.700 Masehi muncullah kata Pabicara di adolang yang artinya penghubung antara Arayang dengan maradia Pamboang untuk menyampaikan peraturan Arayang dengan Maradia. Setelah pada tahun 1.800 Masehi datanglah Belanda di Adholang dan dibentuk Kepala Distrik Adholang setelah terbentuk distrik berubah lagi nama yang dinamakan Koordinator sebelum dinamakan Desa, setelah tahun 1945 Kordinator berubah lagi menjadi Kepala Desa sebagai Jabatan pemerintahan, dan kantor Desa pertama berada di kampung Pesapoang dipimping oleh tomatoa dipesapoang artinya” Orang yang dituakan” dan Wakkel artinya “Menyelesaikan masalah tentang Kawin sirih”. Desa Adolang ini meliputi 7 kampung yaitu kampung Banua adolang, Kampung Timbo gading, Galung, Ratte, Rawang, Pesapoang, Ulu Balombong.
B. GEOGRAFIS WILAYAH
Kondisi geografis Desa Adolang Kecamatan Pamboang Kabupaten Majene sangat strategis dan mendukung pembangunan di berbagai sektor karena ditunjang dengan kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat berprospektif untuk dikembangkan dan dieksplorasi sehingga dapat menjadi sumber peningkatan ekonomi masyarakat Desa Adolang secara menyeluruh.
Keunggulan tersebut dapat dimaksimalkan dengan mengacu pada beberapa faktor pendukung wilayah Desa Adolang seperti letak geografis wilayah, jarak geografis, jarak ke pusat Pemerintahan, Sumber Daya Air, Kondisi Udara, Potensi Perkebunan & Peternakan, Potensi Budi Daya Air Tawar dan Kondisi udara di Desa Adolang.